Jajan Tedoq, Khas Kuliner Desa Mareje Saat Panen Tiba

Lombok Barat--Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Mareje, Desa Mareje, Kecamatan Lembar menggelar kegiatan sabtu budaya melalui sajian jajan tedoq. Kegiatan ini merupakan salah satu cara mempertahankan warisan budaya daerah setempat.

"Kegiatan ini sangat penting dalam rangka melestarikan budaya yang sudah terkikis karena pengaruh budaya dari luar, "kata Kepala SDN 3 Mareje H. Idran dihadapan Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan H. Imanto Rahadi dan staf Dinas Pariwisata, H Arsyad,  Sabtu (9/12).

Menurut Idran, sajian jajanan tedoq menjadi kuliner unggulan Desa Mareje memiliki filosofi keberkahan dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan  rasa syukur masyarakat atas rezeki yang berlimpah pada musim panen padi. 

"Biasanya jajan tedoq ini disajikan pada saat musim panen tiba. Ini jajanan khas yang perlu dilestarikan. Peserta didik harus dikenalkan dan harus mengetahui cara pembuatan jajan tedoq. Media jajan tedoq ini juga bisa menjadi alat peraga karena berbentuk krucut,"katanya. 

Dipaparkannya, proses pembuatan jajan tedoq ini mengunakan tepug beras ketan yang dicampur dengan kelapa , garam, dan gula pasir. Bahan ini kemudian di campur aduk ditambahkan air santan  dan minyak agar sajian jajan tedoq tidak lengket dengan daun nangka . Setelah berbentuk krucut kemudian dikukus selama 20 menit.

"Yang menjadi khas jajan tedoq ini di bungkus dengan daun nangka. Agar warisan budaya ini tidak terkikis, peserta didik harus diajarkan proses pembuatannya, "katanya.

Sementara itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melalui Kabid Kebudayaan H. Imanto Rahadi memberikan apresiasi kegiatan sabtu budaya. Ia berharap para guru menjadi garda terdepan mempertahankan dan melestarikan warisan budaya yang ada di wilayah kita. 

"Wajar saja, jika ada peserta didik tidak mengetahui budaya daerahnya karena mereka tidak pernah di ajarkan atau diperkenalkan budayanya,"katanya seraya mengajak para guru untuk mempertankan dan  mewariskan  budaya melalui sekolah. 

Pihaknya  saat ini sedang menyusun kurikulum berbasis budaya atau kurikulum sasaq. Kurikulum ini menjadi pijakan satuan pendidikan dalam rangka proses pembelajaran. 

"Kami sedang mendata satuan pendidikan yang memiliki program budaya,"katanya.

Pengurus Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Romo Siki memberikan apresiasi kegiatan tersebut. Banyak sekali budaya yang telah di wariskan oleh orang tua kita,  tapi lambat laun budaya ini mulai musnah.

" Perlu ada kurikulum yang berkaitan dengan budaya di santuan pendidikan, "katanya.

Post a Comment

Previous Post Next Post